Sabtu, 24 Februari 2018

Explo(itasi)rasi

     Orang bilang pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar, emang bener ya? Oh mungkin rasanya seperti 'gak kerja' tapi dapet duit kali ya? Oh mungkin bakalan happy terus sepanjang hidup.
     Apakah aing doang yang berpikir seperti itu saat SMA? Oke, cukup dengan tanda tanya! Jadi pertanyaan-pertanyaan gini yang akhirnya membawa aing yang akhirnya terjeblos ke sekolah yang menuntut kreativitas dan sensitivitas yang tinggi. Seni Rupa dan Desain, dari namanya saja sudah sangat bau-bau keindahan, perasaan, dunia kreatif dan semacamnya.
     Desainer? "Oh itu, orang-orang kreatif yang dengan senang hati bikin sesuatu terus disukai dan dipake orang banyak". Anggapan aing yang ini nih yang membuat aing terjeblos untuk kedua kalinya ke bidang desain (komunikasi visual).
     Belajar (atau mungkin juga bekerja) di bidang yang menuntut kreatifitas dan kepekaan bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap ngerjain sesuatu itu harus pake perasaan dan kreativitas. Dan pasti di approve ? Engga juga. Terus lu bikin lagi dengan sepenuh hati, gak di approve juga. Gitu aja terus sampe gairah hidup lu naik-turun dan naik lagi (atau mungkin realitanya naik-turun-naik-turun-naik-turun-naik). Ini yang sekarang aing baru sadari dan membakar habis anggapan awal aing soal dunia kreatif.
     Kemudian aing penasaran apakah cuma aing yang kemudian gak hobi menggambar lagi sejak menggambar menjadi sebuah keharusan dan berhubungan mesra dengan deadline? Dan apakah cuma aing yang malah merasa kehilangan kreativitas karena terus-terusan dipaksa untuk muncul (kreativitasnya)? Hrrrrrrrrr
     Menurut aing yang paling sulit dari belajar menjadi desainer (ataupun bidang lain yang menuntut kepekaan dan kreativitas) adalah mengoptimalkan kreativitas dan 'mood' untuk mengerjakan sesuatu yang WAJIB dikerjakan. Dan semoga bisa ditemukan resepnya, secepatnya.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;