Jumat, 23 Maret 2018 0 komentar

Pahlawan untuk Diri Sendiri

Apakah ada orang selain aing yang gabisa ngebela dirinya sendiri?

Gak semua orang terlahir sebagai orang yang tangguh. Setiap orang punya titik start yang beda-beda.  Kedengerannya gak fair sih tapi ya... udahlah! Ada orang yang dengan mudahnya menjadi kuat. Ada juga orang yang untuk berdiri sendiri aja sulit. Dan konyolnya selalu ada aja yang nimrung nyinyir kurang hiburan. Padahal tiap orang udah punya kesulitannya masing-masing.

Ada yang bilang aing pecundang, aing pemalu, aing cupu, aing lemah, aing bodoh, aing ansos dan lain-lain. Dan aing gak sedih, tapi yang selama ini aing lakukan terhadap semua itu adalah menarik diri dan merasa gak layak. Gak layak untuk apa? Aing juga gangerti, yang pasti setiap langkah yang aing lakukan selalu dibayang-bayangi rasa bersalah dan rasa ketidaklayakan. Aing gak bisa ngangkat badan pake tangan aing sendiri, gimana aing bisa ngulurin tangan buat orang lain? Aing gabisa nolong diri aing sendiri, gimana aing bisa nolong orang lain?

Mulai sekarang, aing akan memperjuangkan diri aing. Aing harus jadi pahlawan untuk aing sendiri. Orang bilang aing pecundang, aing gakan setuju-setuju aja. Orang bilang aing pemalu, terus kenapa? Gada masalah! Aing gakan lagi merasa layak untuk menjadi orang yang tidak layak. Aing adalah orang yang layak, dengan kelebihan dan kekurangan yang aing punya. Orang mau ngomong hal terburuk pun, gakan segampang itu aing masukin ke telinga.

"Tapi kan untuk bisa maju kita harus dengerin saran". Saran itu gunanya apa sih? Bikin kita naik atau bikin kita jatuh? Kalo bikin kita jatuh mah ngapain kita dengerin!




Sabtu, 24 Februari 2018 0 komentar

Explo(itasi)rasi

     Orang bilang pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar, emang bener ya? Oh mungkin rasanya seperti 'gak kerja' tapi dapet duit kali ya? Oh mungkin bakalan happy terus sepanjang hidup.
     Apakah aing doang yang berpikir seperti itu saat SMA? Oke, cukup dengan tanda tanya! Jadi pertanyaan-pertanyaan gini yang akhirnya membawa aing yang akhirnya terjeblos ke sekolah yang menuntut kreativitas dan sensitivitas yang tinggi. Seni Rupa dan Desain, dari namanya saja sudah sangat bau-bau keindahan, perasaan, dunia kreatif dan semacamnya.
     Desainer? "Oh itu, orang-orang kreatif yang dengan senang hati bikin sesuatu terus disukai dan dipake orang banyak". Anggapan aing yang ini nih yang membuat aing terjeblos untuk kedua kalinya ke bidang desain (komunikasi visual).
     Belajar (atau mungkin juga bekerja) di bidang yang menuntut kreatifitas dan kepekaan bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap ngerjain sesuatu itu harus pake perasaan dan kreativitas. Dan pasti di approve ? Engga juga. Terus lu bikin lagi dengan sepenuh hati, gak di approve juga. Gitu aja terus sampe gairah hidup lu naik-turun dan naik lagi (atau mungkin realitanya naik-turun-naik-turun-naik-turun-naik). Ini yang sekarang aing baru sadari dan membakar habis anggapan awal aing soal dunia kreatif.
     Kemudian aing penasaran apakah cuma aing yang kemudian gak hobi menggambar lagi sejak menggambar menjadi sebuah keharusan dan berhubungan mesra dengan deadline? Dan apakah cuma aing yang malah merasa kehilangan kreativitas karena terus-terusan dipaksa untuk muncul (kreativitasnya)? Hrrrrrrrrr
     Menurut aing yang paling sulit dari belajar menjadi desainer (ataupun bidang lain yang menuntut kepekaan dan kreativitas) adalah mengoptimalkan kreativitas dan 'mood' untuk mengerjakan sesuatu yang WAJIB dikerjakan. Dan semoga bisa ditemukan resepnya, secepatnya.
   
Rabu, 22 November 2017 0 komentar

Introvert itu sombong?

     Banyak orang yang merasa bahwa introvert itu sombong, gapunya inisiatif, gabisa membawa diri, gapeduli dengan sekitar dan hanya peduli sama diri sendiri. Kemudian introvert berdalih bahwa mereka hanya ingin menjadi diri mereka sendiri dengan segala kekurangannya, dan bilang bahwa gak semua orang bisa melakukan hal-hal tersebut, dan gak semua orang punya mindset ala ekstrovert seperti itu.
     Seorang introvert pernah bilang bahwa dia merupakan tipe orang yang sulit untuk memulai percakapan, sulit menyapa lebih dulu, dan tidak tahu cara untuk memulai hubungan sosial. Kemudian ekstrovert menimpali, bahwa itu sebuah kecurangan, terkesan bahwa hanya para ekstrovert atau lingkungan diluar si introvert yang ingin berhubungan sosial, sedangkan si introvert terkesan jual mahal, atau jangan-jangan memang sombong?
     Banyak orang yang akhirnya menjauh dari si introvert karena dia merasa lelah harus terus menerus berinisiatif, diluar itu juga dia beranggapan bahwa introvert egois, jual mahal dan sombong. Tapi bener gak sih ke pasif-an orang-orang introvert ini adalah sikap yang muncul dari sebuah kesombongan?
     Sejujurnya, kalimat-kalimat diatas hanyalah kegelisahan dan kebingungan gw selama ini terhadap diri sendiri sebagai seorang introvert, yang kalo disingkat jadi "gw kya gini itu sombong gak sih?". Namun dalam perjalanan pulang dari kampus menuju kosan sore hari ini yang diiringi suara percikan sisa air hujan tadi siang yang terlindas roda kendaraan bermotor, gw sadar bahwa kepasifan ini bukanlah kesombongan. Karena setelah gw membaca kbbi online, sombong itu mengacu pada sifat memegahkan diri sendiri, merasa diri lebih baik dan sejenisnya. Sedangkan apa yang gw rasakan ketika bertemu dengan orang lain dimana gw tidak dapat memulai interaksi lebih dulu, gw sama sekali tidak merasa bahwa gw spesial atau bahkan lebih baik dari orang-orang tersebut, justru cenderung sebaliknya, walaupun tidak selalu seperti itu. 
     Semua ini gw tulis karena di tahap ini gw percaya bahwa gw sudah ada pada tahap yang lebih baik atas diri gw sendiri. Di tahap ini gw udah mulai punya kekuatan untuk membela diri sendiri yang berdasar pada kebenaran (bukan pembelaan yang bersifat narsis semata).
 
;