Apakah ada orang selain aing yang gabisa ngebela dirinya sendiri?
Gak semua orang terlahir sebagai orang yang tangguh. Setiap orang punya titik start yang beda-beda. Kedengerannya gak fair sih tapi ya... udahlah! Ada orang yang dengan mudahnya menjadi kuat. Ada juga orang yang untuk berdiri sendiri aja sulit. Dan konyolnya selalu ada aja yang nimrung nyinyir kurang hiburan. Padahal tiap orang udah punya kesulitannya masing-masing.
Ada yang bilang aing pecundang, aing pemalu, aing cupu, aing lemah, aing bodoh, aing ansos dan lain-lain. Dan aing gak sedih, tapi yang selama ini aing lakukan terhadap semua itu adalah menarik diri dan merasa gak layak. Gak layak untuk apa? Aing juga gangerti, yang pasti setiap langkah yang aing lakukan selalu dibayang-bayangi rasa bersalah dan rasa ketidaklayakan. Aing gak bisa ngangkat badan pake tangan aing sendiri, gimana aing bisa ngulurin tangan buat orang lain? Aing gabisa nolong diri aing sendiri, gimana aing bisa nolong orang lain?
Mulai sekarang, aing akan memperjuangkan diri aing. Aing harus jadi pahlawan untuk aing sendiri. Orang bilang aing pecundang, aing gakan setuju-setuju aja. Orang bilang aing pemalu, terus kenapa? Gada masalah! Aing gakan lagi merasa layak untuk menjadi orang yang tidak layak. Aing adalah orang yang layak, dengan kelebihan dan kekurangan yang aing punya. Orang mau ngomong hal terburuk pun, gakan segampang itu aing masukin ke telinga.
"Tapi kan untuk bisa maju kita harus dengerin saran". Saran itu gunanya apa sih? Bikin kita naik atau bikin kita jatuh? Kalo bikin kita jatuh mah ngapain kita dengerin!
Orang bilang pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar, emang bener ya? Oh mungkin rasanya seperti 'gak kerja' tapi dapet duit kali ya? Oh mungkin bakalan happy terus sepanjang hidup.
Apakah aing doang yang berpikir seperti itu saat SMA? Oke, cukup dengan tanda tanya! Jadi pertanyaan-pertanyaan gini yang akhirnya membawa aing yang akhirnya terjeblos ke sekolah yang menuntut kreativitas dan sensitivitas yang tinggi. Seni Rupa dan Desain, dari namanya saja sudah sangat bau-bau keindahan, perasaan, dunia kreatif dan semacamnya.
Desainer? "Oh itu, orang-orang kreatif yang dengan senang hati bikin sesuatu terus disukai dan dipake orang banyak". Anggapan aing yang ini nih yang membuat aingterjeblos untuk kedua kalinya ke bidang desain (komunikasi visual).
Belajar (atau mungkin juga bekerja) di bidang yang menuntut kreatifitas dan kepekaan bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap ngerjain sesuatu itu harus pake perasaan dan kreativitas. Dan pasti di approve ? Engga juga. Terus lu bikin lagi dengan sepenuh hati, gak di approve juga. Gitu aja terus sampe gairah hidup lu naik-turun dan naik lagi (atau mungkin realitanya naik-turun-naik-turun-naik-turun-naik). Ini yang sekarang aing baru sadari dan membakar habis anggapan awal aing soal dunia kreatif.
Kemudian aing penasaran apakah cuma aing yang kemudian gak hobi menggambar lagi sejak menggambar menjadi sebuah keharusan dan berhubungan mesra dengan deadline? Dan apakah cuma aing yang malah merasa kehilangan kreativitas karena terus-terusan dipaksa untuk muncul (kreativitasnya)? Hrrrrrrrrr
Menurut aing yang paling sulit dari belajar menjadi desainer (ataupun bidang lain yang menuntut kepekaan dan kreativitas) adalah mengoptimalkan kreativitas dan 'mood' untuk mengerjakan sesuatu yang WAJIB dikerjakan. Dan semoga bisa ditemukan resepnya, secepatnya.
Apakah aing doang yang berpikir seperti itu saat SMA? Oke, cukup dengan tanda tanya! Jadi pertanyaan-pertanyaan gini yang akhirnya membawa aing yang akhirnya
Desainer? "Oh itu, orang-orang kreatif yang dengan senang hati bikin sesuatu terus disukai dan dipake orang banyak". Anggapan aing yang ini nih yang membuat aing
Belajar (atau mungkin juga bekerja) di bidang yang menuntut kreatifitas dan kepekaan bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap ngerjain sesuatu itu harus pake perasaan dan kreativitas. Dan pasti di approve ? Engga juga. Terus lu bikin lagi dengan sepenuh hati, gak di approve juga. Gitu aja terus sampe gairah hidup lu naik-turun dan naik lagi (atau mungkin realitanya naik-turun-naik-turun-naik-turun-naik). Ini yang sekarang aing baru sadari dan membakar habis anggapan awal aing soal dunia kreatif.
Kemudian aing penasaran apakah cuma aing yang kemudian gak hobi menggambar lagi sejak menggambar menjadi sebuah keharusan dan berhubungan mesra dengan deadline? Dan apakah cuma aing yang malah merasa kehilangan kreativitas karena terus-terusan dipaksa untuk muncul (kreativitasnya)? Hrrrrrrrrr
Menurut aing yang paling sulit dari belajar menjadi desainer (ataupun bidang lain yang menuntut kepekaan dan kreativitas) adalah mengoptimalkan kreativitas dan 'mood' untuk mengerjakan sesuatu yang WAJIB dikerjakan. Dan semoga bisa ditemukan resepnya, secepatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)